Perlawanan Rakyat Bali

ASTALOG.COM – Di tahun 1846 hingga 1905 telah tercatat 1 peristiwaa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di masa-masa itu, rakyat di Bali tidak mau ketinggalan dalam membebaskan tanah kelahirannya dari belenggu penjajahan Belanda. Itulah sebabnya masa-masa itu dikenal sebagai masa Perlawanan  Rakyat Bali yang berjuang dalam melawan kekuasaan Belanda. Timbulnya perlawanan rakyat Bali dalam melawan Belanda terjadi setelah Belanda berulang kali memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan Hak Tawan Karang.

Sebenarnya pada awalnya Cornelis de Houtman pernah mendatangi pulau Bali dan diterima baik. Namun dalam perkembangannya, kesepahaman kurang terjalin sehingga pada tahun 1841 dan 1843, sebuah persetujuan diputuskan antara kerajaan setempat dan pemerintah Hindia Belanda tetapi penduduk Bali segera menunjukkan permusuhan, khususnya Raja Buleleng yang berkali-kali melanggar perjanjian.

 

Pemerintah Hindia Belanda juga mempermasalahkan tradisi Tawan Karang Bali, dan menjadikannya alasan untuk menyerang dan menghukum Bali. Tawan Karang adalah tradisi Bali, dimana kapal beserta isinya yang karam dan terdampar di pesisir Bali adalah hak milik raja setempat. Pemerintah Hindia Belanda menganggap tradisi ini tidak dapat diterima dalam hukum internasional, dan tidak dapat membiarkannya karena daerah lain juga akan menunjukkan tanda-tanda perlawanan.

PELAJARI:  Inilah Pentingnya Tata Krama Bagi Sekretaris

KRONOLOGIS SINGKAT PERLAWANAN RAKYAT BALI

  • Sebuah armada Belanda dipersiapkan yang terdiri atas 23 kapal perang dan 17 kapal lainnya. Angkatan itu terdiri atas 1.280 serdadu dan dipersenjatai dengan 115 moncong senapan. Lalu pada tanggal 20 Juni 1846, armada ini diberangkatkan di bawah pimpinan Laksamana Muda Engelbertus Batavus van den Bosch ke Besuki, Bali dan seminggu kemudian ke Buleleng, Bali.
  • Pasukan armada ini dibawa ke kapal dengan kekuatan 1700 prajurit, di antaranya terdapat 400 serdadu Eropa dipimpin oleh Letnan Kolonel Gerhardus Bakker.
  • Kemudian Raja di Bali diberi ultimatum 3 kali dalam 24 jam, yang dikeluarkan pada tanggal 17 Juni. Namun hari ketika ekspedisi ke Buleleng itu terjadi, ternyata hanya berlalu begitu saja.
  • Di hari berikutnya, pasukan armada Belanda tiba di bawah pimpinan perwira Abraham Johannes de Smit van den Broecke di bawah perlindungan senapan laut.
  • Lebih dari 10.000 prajurit Bali mencegah pendaratan tersebut namun gagal dan pasukan penyerang maju ke daerah persawahan yang telah dikelilingi oleh pasukan Buleleng.
  • Angkatan yang tersedia dibagi 3 di bawah pimpinan Mayor Cornelis Albert de Brauw, Mayor Boers, dan Kapten J. F. Lomon.
  • Semua kerja perlawanan dilakukan dan di hari berikutnya pasukan serdadu Belanda maju ke ibukota Singaraja, Bali dan menaklukkan kota itu.
  • Pasukan Rakyat Bali berjumlah sekitar 16.000 jiwa, temasuk 1.500 orang yang bersenjatakan senapan api di bawah pimpinan I Gusti Ketut Jelantik.
  • Setelah Belanda mendarat, rakyat Bali menarik diri ke posisi mereka di Jagaraga, yang hanya berjarak sekitar 4 kilometer jauhnya dari posisi awal.
  • Belanda lalu menyerang musuh di Jagaraga meskipun udara panas menyengat.
  • Rakyat Bali menyerang balik dan menghalau pasukan Belanda, dimana di pihak Belanda telah jatuh korban sekitar 200 orang tewas, sehingga harus naik kapal kembali.
  • Setelah kekalahan ini, Belanda kembali lagi dalam ekspedisi berikutnya pada tahun 1849 dengan kekuatan yang lebih besar lagi, yaitu sekitar 4.177 orang pasukan.
  • Perang Jagaraga II berlangsung selama 2 hari 2 malam (15 – 16 April 1849) dan menunjukkan semangat perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam mengusir penjajahan Belanda.
PELAJARI:  Sebutkan Fungsi dari Thyristor
 

Perlawanan rakyat Bali tidakpernah padam. Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol mengangkat senjata melawan Belanda, namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, di tahun 1868 terjadi lagi perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, namun juga mengalami kegagalan. Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad ke-20, yaitu di 1905, seluruh Bali berada di bawah kekuasaan Belanda.