Perkembangan Seni Patung di Asia

ASTALOG.COM – Tidak hanya di Eropa, seni patung juga menjadi bagian dari cipta karya seni yang populer di wilayah Asia, termasuk juga Indonesia. Dalam hal ini, para seniman patung akan membuat karya seninya dalam bentuk 3 dimensi atau yang memiliki bentuk 3 bagian/3 matra, yaitu: bagian panjang, lebar, dan ruang. Bisa dikatakan jika seni patung termasuk sebagai karya seni rupa murni.

PERKEMBANGAN SENI PATUNG DI ASIA 

 

Berbagai macam jenis patung terdapat di banyak wilayah yang berbeda di Asia, di mana biasanya dipengaruhi oleh pengaruh agama Hindu dan Budha. Untuk lebih jelasnya, berikut ini rincian perkembangan seni patung di wilayah Asia:

1) India

 

Di India, karya seni patung pertama kali ditemukan di peradaban Lembah Indus (3300-1700) SM. Hal ini adalah salah satu contoh awal karya patung di dunia. Kemudian, setelah Hinduisme, Budhisme, dan Jainisme berkembang lebih jauh, India menciptakan patung-patung tembaga serta pahatan batu dengan tingkat kerumitan yang besar, seperti yang terdapat pada hiasan-hiasan kuil Hindu, Jain, dan Budha.

PELAJARI:  Fungsi Jaringan Lemak pada Tubuh Hewan

2) Tiongkok

Artifak-artifak yang ditemukan di Republik Rakyat Tiongkok berasal dari sekitar tahun 10.000 SM. Kebanyakan karya patung Tiongkok yang dipajang di museum berasal dari beberapa periode sejarah, seperti:

  • Dinasti Zhou (1066-221 SM) yang menghasilkan bermacam-macam jenis bejana perunggu cetak dengan hiasan yang rumit.
  • Dinasti Qin (221-206 SM) yang terkenal dengan patung barisan tentara yang dibuat dari terracota.
  • Dinasti Han (206 SM – 220AD) dengan patung-patung figur yang mengesankan kekuatan.
  • Dinasti Tang dengan patung-patung figur dekoratif dibuat dalam jumlah banyak dan diekspor untuk dana peperangan yang terjadi di saat Tiongkok mengalami perang saudara.

Patung Budha pertama ditemui pada periode 3 Kerajaan (abad ke-3). Kemudian setelah akhir Dinasti Ming (akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi museum, dan lebih banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah.

Pada abad 20 yang gegap gempita, sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya patung, meskipun saat itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim komunis

PELAJARI:  Apa yang Dimaksud Modernisasi?

Pada pergantian abad 20, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya patung komersial (patung figur miniatur, mainan, dan sebagainya), dan seniman garda depan Tiongkok mulai berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.

3) Jepang

Di Jepang, karya patung dan lukisan yang tak terhitung banyaknya seringkali di bawah sponsor pemerintah. Kebanyakan patung di Jepang dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan berkurangnya peran tradisi Budhisme, jenis penggunaan bahannya juga berkurang, seperti:

  • Selama periode Kofun (abad ke-33), patung tanah liat yang disebut Haniwa didirikan di luar makam. Di dalam Kondo yang berada di Horyu-ji terdapat Trinitas Shaka (623), patung Budha yang berupa 2 Bodhisattva serta patung yang disebut dengan para Raja Pengawal Empat Arah.
  • Patung kayu (abad ke-9) mengambarkan Shakyamuni, salah satu bentuk Budha, yang menghiasi bangunan sekunder di Muro-ji, dan menjadi ciri khas dari patung awal periode Heian, dengan tubuh berat, dibalut lipatan draperi tebal yang dipahat dengan gaya hompa-shiki (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang terkesan serius dan menarik diri.
  • Sekolah seni patung Kei, menciptakan gaya patung baru dan lebih realistik.
PELAJARI:  Nama Organ Ikan dan Fungsinya

4) Indonesia

Seni patung di Indonesia adalah karya seni yang diciptakan dengan fungsinya sendiri-sendiri. contohnya di Bal,i patung digunakan untuk bersembahyang berbeda dengan daerah lain. Seni patung juga banyak digunakan sebagai monumen yang mengabadikan peristiwa penting atau menghormati tokoh, terutama pejuang kemerdekaan.

Kelahiran Seni patung modern Indonesia diawali oleh para seniman, antara lain: Hendra Gunawan, Trubus, Edhi Soenarso, dan lain-lain, yang membuat karya-karya patung pahatan dari batu vulkanik di Yogyakarta pada tahun 50-an. Berbagai patung figuratif itu sebagian masih ada di halaman gedung DPRD Yogyakarta. Seni patung modern baru dikembangkan dan dipelajari secara akademik setelah adanya Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta.