4 Aspek Penting dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera

ASTALOG.COM – Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Salah satu bentuk keluarga yang banyak diimpikan adalah keluarga sejahtera. Keluarga sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah serta mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi spiritual dan materiil dengan layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki hubungan yang sama, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

4 ASPEK PENTING DALAM PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA

 

Tidak mudah untuk membentuk sebuah keluarga sejahtera, namun hal ini mungkin saja tercapai jika memperhatikan ke-4 aspek berikut ini:

1. Aspek Agama

 

Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yang merupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki dan berpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama.

PELAJARI:  Letak dan Pengaruh Wilayah Geografis Indonesia

2. Aspek Pendidikan

Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting. Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seorang anak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harus baik dan benar sebagai panutan untuk anaknya.

Jika sejak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar, maka keluarga tersebut akan harmonis. Dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua manusia akan hidup berdampingan dan damai.

Keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga, dalam hal ini sekolah untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter.

PELAJARI:  Provinsi Jawa Barat di Sebelah Utara Berbatasan Dengan?

Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak dirumah. Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.

3. Aspek Ekonomi

Pemerintah Indonesia mengelompokkan keluarga ke dalam 2 tipe, yaitu keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera. Berkebalikan dengan keluarga sejahtera, keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah tempat tinggal, dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.

PELAJARI:  Bagaimana Aurora Bisa Terjadi?

Oleh karena itu, konsentrasi pembinaan terhadap keluarga yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah menangani keluarga pra-sejahtera. Hal itu terlihat dari beberapa program-program dasar pembinaan keluarga seperti: perencanaan kelahiran (KB), Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), pelayanan kesehatan gratis, pembinaan lansia, pengadaan rumah khususkeluarga pra-sejahtera, dan sejenisnya.

4. Aspek Sosial Budaya

Perkembangan anak pada usia antara 3 – 6 tahun adalah perkembangan sikap sosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima,simpati dan empati, serta rasa setia kawan, dan sebagainya.