3 Jenis Batas Lempeng Tektonik

ASTALOG.COM – Lempeng tektonik (Plate Tectonics)  adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Sebagaimana diketahui, bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari 2 lapisan, yaitu:

  1. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat.
  2. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).

PELAJARI:  Hiu Termasuk Hewan Ovipar atau Ovovivipar?
 

3 JENIS BATAS LEMPENG TEKTONIK

Ada 3 jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempeng tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain. 3 jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. 3 jenis batas lempeng tersebut adalah:

  1. Batas Transform (transform boundaries) : terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh: Sesar San Andreas di California.
  2. Batas Divergen/Konstruktif (Divergent/Constructive Boundaries) : terjadi ketika 2 lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Contoh: Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif.
  3. Batas Konvergen/Destruktif (Convergent/Destructive Boundaries) : terjadi jika 2 lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, dimana potongan lempeng yang terhujam mengandung banyak sifat hidrat (air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh: Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
PELAJARI:  Bagaimana Cara Kita Menghadapi Dampak Negatif dari Globalisasi?
 

Batas konvergen masih bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

  1. Bila 2 lempeng samudera saling mendekat, lempeng yang satu akan menghujam ke bawah lempeng yang lain dan membentuk busur kepulauan.
  2. Bila lempeng benua dan lempeng samudera saling mendekat, maka lempeng samudera akan menghujam ke bawah lempeng benua, membentuk pegunungan uplift seperti Andes.
  3. Bila 2 lempeng benua saling mendekat, terjadilah peristiwa tumbukan, membentuk pegunungan lipatan seperti Himalaya.

Selain 3 jenis batas lempeng diatas, terdapat juga plate boundary zone, dimana interaksi antar lempengnya belum diketahui. Dan pada umumnya, plate boundary zone melibatkan paling tidak 2 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil (microplate) yang bergerak dengan cukup rumit, sehingga pada daerah tersebut terdapat fitur geologi yang kompleks dan pola gempa bumi. Contoh: daerah Mediterania-Alpine yang merupakan batas antara lempeng Eurasia dan Afrika, dimana terdapat kenampakan subduksi, kolisi, dan transform fault.