Hasil Kebudayaan Mesopotamia

ASTALOG.COM – Mesopotamia merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Penamaan Mesopotamia berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya adalah “tanah di antara sungai-sungai”. Mesopotamia memang terletak di antara 2 sungai yang besar, yaitu Eufrat dan Tigris, dimana daerah yang kini menjadi wilayah negara Irak pada zaman dahulu merupakan Mesopotamia. Penggunaan nama Mesopotamia sendiri sudah digunakan oleh para penulis Yunani dan latin kuno, seperti Polybius pada abad 2 SM dan Strabo pada abad 60 SM hingga 20 M.

Secara umum, istilah Mesopotamia diterapkan untuk semua tanah antara sungai Eufrat dan Tigris, sehingga hal tersebut tidak hanya menggabungkan bagian dari Suriah saja, tetapi juga hampir semua wilayah Irak dan Turki tenggara. Dataran stepa di sebelah barat sungai Eufrat dan bagian barat pegunungan Zagros juga sering dianggap sebagai wilayah Mesopotamia yang lebih luas lagi. Perbedaan lebih lanjut biasanya dibuat antara atas atau utara Mesopotamia dan dataran yang rendah atau selatan Mesopotamia. Bagian atas Mesopotamia, juga dikenal sebagai jezirah, yang merupakan daerah antara Efrat dan Tigris hingga ke Baghdad, Irak. Untuk penyebutan wilayah yang lebih rendah, bagian Mesopotamia terdiri dari selatan Irak, Kuwait, dan Iran di bagian barat.

PELAJARI:  Pengertian dari Atom, Proton, Neutron, dan Elektron

Sejarah Singkat Mesopotamia

 

Letak Mesopotamia berada di wilayah perlembahan yang terletak di antara 2 sungai, Eufrat dan Tigris. Hulu kedua sungai tersebut berasal dari dataran tinggi yang bergunung-gunung di Asia Kecil yang mengalir ke arah tenggara secara pararel menyisir hamparan terbuka. Hanya kurang dari 200 mil, kedua sungai itu saling mendekat.

Daerah yang dilalui kedua sungai itu pada umumnya subur. Sebab daerah itu merupakan daerah yang berupa tanah hasil endapan air yang dihasilkan dari sungai Eufrat dan Tigris. Hal ini menyebabkan rakyat di sekitar sungai Tigris dan Eufrat hidup makmur dan sejahtera. Kesuburan dan kemakmuran itu membuat iri hati pada bangsa-bangsa lain yang tinggal di tepi-tepi lembah sungai. Timbullah serbuan-serbuan dari luar yang ingin memperebutkan air irigasi dan tanah yang baik.

 

Bangsa yang mencapai peradaban yang layak pertama kali itu di lembah sungai Eufrat dan Tigris menamai dirinya bangsa Sumeria. Adapun penduduk asli di situ ditaklukkan menjadi budak yang kemudian dikawini pula. Bangsa Sumeria datang dari gurun dan pegunungan di luar Mesopotamia.

Mereka tentunya mula-mula adalah para peternak yang hidup secara nomaden. Kemudian datang pula bangsa Semit untuk kemudian bercampur dengan bangsa Sumeria. Sebelum sampai ke lembah Eufrat dan Tigris, bangsa Semit sudah mengenal dasar-dasar kehidupan politik dan ekonomi pertanian.

PELAJARI:  Latar Belakang Perang Padri di Minangkabau

Jadi, sejarah Mesopotamia diawali dengan tumbuhnya sebuah peradaban yang diyakini sebagai pusat peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria membangun beberapa kota kuno yang terkenal, seperti Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dari bangsa lain yang juga mendiami kawasan Mesopotamia, yaitu bangsa Akkadia, dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan sebuah penaklukan politis, tapi bukan penaklukan kultural. Bahkan dalam berbagai hal, budaya Sumer dan Akkad berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumer-Akkad. Campur tangan Sumer tidak dapat diremehkan begitu saja, pada saat Akkad terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumer-lah yang mendukung Akkad, sehingga mereka masih dapat berkuasa di Mesopotamia.

Jika mau dituliskan secara berurut, berikut ini urutan bangsa-bangsa yang pernah mendiami Mesopotamia:

  1. Bangsa Ubaid
  2. Bangsa Sumeria
  3. Bangsa Akkad
  4. Bangsa Babylonia
  5. Bangsa Assyria
  6. Bangsa Babylonia baru
  7. Bangsa Persia

Hasil Kebudayaan Mesopotamia

  1. Bangsa Sumeria telah mengenal abjad yang berupa huruf paku. Huruf-huruf paku itu antara lain ditemukan pada sebuah prasasti yang berisi tentang hukum dan undang-undang yang berlaku untuk mengatur kerajaan. Undang-undang dan peraturan-peraturan hukum itu disebut dengan Undang-Undang Hammurabi.
  2. Tradisi kesusasteraan mulai berkembang, seperti Epik Gilgamesh, kisah falsafah, dan cara hidup masyarakat Mesopotamia. Dalam epik Gilgamesh, diceritakan mengenai sifat 2/3 Tuhan dan 1/3 manusia, serta dibalik wajah tampan, ada kekuatan dan keberanian yang telah memerintah dan memberikan perlindungan kepada Kota Uruk. Selain itu, epik ini juga menceritakan tentang kehidupan yang kekal dan kesaktian.
  3. Bangsa Sumeria sudah mengenal sistem penanggalan atau sistem kalender, yang dimaksudkan untuk mengenal perputaran waktu dan musim. Pengetahuan tentang perputaran waktu dan musim berguna untuk menentukan saat yang tepat dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, baik untuk bercocok tanam, perdagangan, dan sebagainya.
  4. Untuk mempermudah pemahaman pengetahuan tentang perputaran waktu dan musim, mereka membagi dan mempersingkat waktu ke dalam jam, menit, dan detik. Pembagian waktu terus dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih khusus melalui sistem penanggalan atau sistem kalender, yaitu 24 jam menjadi 1 hari, 30 hari menjadi 1 bulan, dan 12 bulan menjadi 1 tahun.