Tsunami: Gejala, Penyebab dan Akibat

ASTALOG.COM – Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif pada laut. Gangguan impulsif tersebut terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal (Pond and Pickard, 1983) atau dalam arah horizontal (Tanioka and Satake, 1995). Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber utama, yaitu gempa tektonik, letusan gunung api, atau longsoran yang terjadi di dasar laut (Ward, 1982). Dari ketiga sumber tersebut, di Indonesia gempa merupakan penyebab utama (Puspito dan Triyoso, 1994).

Penyebab Terjadinya Tsunami

 

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

 

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

PELAJARI:  Struktur, Ciri dan Contoh Teks Eksplanasi

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Gempa yang menyebabkan tsunami:
– Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)
– Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
– Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Gejala Tsunami

Berikut ini adalah beberapa gejala yang terkait dengan peristiwa tsunami:

– Gempa Bumi
Tsunami yang selama ini kita ketahui adalah tsunami akibat dari gempa bumi besar. Gejala alam ini sebenarnya sangatlah lumrah terjadi, bahkan setiap hari dunia ini mengalami gempa. Indonesia dan Jepang memiliki sejarah dengan catatan gempa dan tsunami yang dahsyat. Mengapa demikian? Karena keduanya merupakan ring of fire gugusan gunung api mediteran dan pasifik. Pertemuan lempeng tektonik juga sangat kental dan kadang menghasilkan gempa bumi besar diatas 6 skala richter. Gejala alam yang pertama ini adalah pertanda penting sebelum terjadinya tsunami. jadi jika terasa gempa bumi didaerah pantai sebaiknya waspada, bukan tidak mungkin gempa tersebut menimbulkan tsunami.

PELAJARI:  Teori Atom Modern

– Tingkah laku Hewan Menjadi Aneh
Pernahkan sobat mendengar suatu cerita tentang binatang mengetahui bencana akan terjadi?
Coba ingat-ingat, saat gunung merapi hendak meletus semua hewan turun gunung, mengapa demikian? Apakah hewan dapat meramalkan suatu gejala alam?

Hewan memiliki insting dan kemampuan indera yang jauh melebihi manusia. Apakah sobat tahu bahwa gajah dapat berkomunikasi hinga jarak 30 kilometer? gajah dapat mendengar melalui gelombang suara yang merambat diatas permukaan tanah. Nah, banyak sekali hewan yang memiliki kepekaan tinggi terhadap gejala-gejala alam seperti tsunami. Menurut cerita di beberapa tempat mengungkapkan bahwa perilaku hewan menjadi aneh dan sepertinya tahu jika akan terjadi tsunami. Burung-burung dan kelelawar terbang keluar sarang padahal siang hari, anjing terus menggonggong, dan banyak hewan yang berada didalam kandang menjadi gusar.

– Awan Tegak: Gejala alam selanjutnya ini adalah gejala alam yang sangat langka terjadi. Awan
tegak atau awan yang bentuknya menyerupai tornado ini diperkirakan karena efek gelombang elektromagnetis yang diakibatkan oleh gempa bumi. Energi elektromagnetis dari dasar bumi menyerap energi elektromagnetis yang ada di langit sehingga awan-awan turut bergerak mengikuti aliran elektromagnetis tersebut. Namun, menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul, Dwi Daryanto, belum ada penjelasan secara ilmiah yang detail mengenai hubungan gempa bumi dengan awan tegak ini. Jika kita mengacu dari beberapa pengalaman yang pernah terjadi, tidak ada salahnya jika kita melihat awan tegak ini kita waspada dan persiapkan diri.

– Suara Gemuruh
Menurut beberapa cerita, sebelum tsunami terjadi suara gemuruh dan menyebabkan tanah berguncang. Beberapa ilmuan mengatakan bahwa gejala alam ini terjadi dalam 2 periode. Gemuruh yang pertama terjadi saat air menghantam dasar laut karena efek kejut perpindahan air. Gemuruh yang kedua terjadi saat air hendak mencapai daratan karena menghantam dasar pantai yang dangkal.

PELAJARI:  Peninggalan Zaman Megalitikum di Indonesia

– Air Menjadi Surut
Gejala alam ini sudah diketahui secara luas dan menjadi edukasi bagi masyarakat yang tinggal diwilayah pantai. Saat terjadi surut tiba-tiba dan cepat masyarakat harus waspada dan berhati-hati. Surut tiba-tiba adalah gejala alam yang ditimbulkan karena perpindahan volumer air secara besar.

Akibat Tsunami

Berikut ini berbagai hal yang ditimbulkan akibat tsunami:

– Kerusakan Bangunan
Kerusakan Bangunan adalah akibat langsung yang bisa dirasakan ketika terjadi gempa bumi. Kerusakan bangunan bisa berupa kerusakan rumah, gedung-gedung perkantoran, jalan raya, rel kereta api dan lain-lain. Seringkali kerusakan ini disertai timbulnya korban jiwa akibat banyaknya orang-orang yang terperangkap di dalamnya. Kerusakan bangunan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu roboh, rusak berat, dan rusak sedang atau ringan.

– Timbulnya penyakit
Rusaknya sanitasi akibat gempa bumi, dapat menyebabkan penyakit menular mudah menyebar. Jenis penyakit yang biasanya muncul antara lain infeksi, campak, diare dan ISPA.

– Munculnya trauma
Tidak jarang gempa bumi (terutama berkekuatan besar) dapat menimbulkan trauma, terutama pada anak-anak. Setelah terjadinya gempa bumi, biasanya anak-anak merasakan tekanan psikologis, seperti perasaan takut berpisah, tacit pada orang lain, takut pada hewan-hewan tertentu, sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perut merasa mual, ngompol, menghisap jari dan sering menangis. Hal tersebut merupakan gejala-gejala trauma pada anak akibat tsunami.