Tahapan Persiapan Wawancara

ASTALOG.COM – Wawancara merupakan percakapan antara 2 orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Jenis-jenis Wawancara

  1. Wawancara Bebas. Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
  2. Wawancara Terpimpin. Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
  3. Wawancara Bebas Terpimpin. Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengkombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

Tahap-tahap Wawancara

1) Tahapan Persiapan Wawancara

  1. Menentukan maksud atau tujuan wawancara (topik wawancara).
  2. Menentukan informasi yang akan di kumpulkan atau didata.
  3. Memilih instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi, keterangan, atau data yang diperlukan.
  4. Menghubungi narasumber sebelum wawancara dilaksanakan, sekaligus merundingkan dengan mereka hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara misalnya mengenai waktu, tempat, dan sebagainya.
  5. Menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.
PELAJARI:  Pentingnya Hukum di Indonesia
 

2) Tahapan Pelaksanaan Wawancara

  1. Tahap Pembukaan
    1. Pewawancara memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan maksud dan tujuan wawancara.
    2. Pewawancara hendaknya mengikuti tata aturan dan kesopanan, baik dalam penampilan maupun penggunaan bahasa.
    3. Pewawancara hendaknya berpenampilan rapi, bersih, dan enak dipandang.
    4. Pewawancara hendaknya menggunakan tutur kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang yang diwawancarai.
    5. Supaya proses tanya jawab berlangsung dengan baik, akan lebih baik apabila pewawancara mengenal lebih jauh mengenai identitas atau keterangan-keterangan yang berkenaan dengan pribadi narasumber.
    6. Pewawancara sebaiknya mengenal informasi pribadi yang dimiliki oleh narasumber dengan baik, mulai dari nama, keahlian, sampai pada pekerjaan atau jabatannya.
  2. Tahap Inti
    1. Ajukanlah pertanyaan secara sistematis.
    2. Kemukakan pertanyaan itu secara jelas dan singkat.
    3. Jumlah pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan waktu.
    4. Pertanyaan-pertanyaan disampaikan dengan ramah sehingga dapat menciptakan suasana akrab dengan orang yang diwawancarai.
    5. Selama proses wawancara berlangsung, pewawancara hendaknya bersikap sebagai pihak yang netral. Artinya, ia tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa, ataupun konflik-konflik lainnya yang mungkin dikemukakan narasumber.
    6. Pewawancara hendaknya tidak pula mempengaruhi sikap, pendirian, ataupun emosi-emosi narasumber.
    7. Pewawancara juga harus mempunyai kesiapan dan teknik-teknik khusus dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi. Misalnya, jawaban yang dikemukakan narasumber, dan sebagainya.
    8. Pewawancara hendaknya memiliki kemampuan mendengar yang akurat. Catatlah data penting yang dikemukakan oleh orang yang diwawancarai. Apabila perekaman data menggunakan tape recorder, hendaknya berdasarkan persetujuan narasumber terlebih dahulu. Namun demikian, walaupun sudah menggunakan tape recorder, sebaiknya pewawancara tetap melakukan pencatatan, yang cukup berupa kata-kata kunci dari pendapat yang dikemukakan narasumber. Catatan atau kata-kata kunci itu gunanya untuk membantu pewawancara agar:
      1. dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya.
      2. membantu pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam pita kaset sehingga mempermudah proses penganalisisannya.
  3. Tahap Penutup
    1. Akhiri kegiatan wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan. Pewawancara hendaknya menyatakan ucapan terima kasih. Tambahkan pula pengharapannya agar kedua pihak dapat bertemu lagi pada kesempatan lain.
    2. Tetaplah pelihara hubungan baik dengan narasumber.
    3. Sebelum hasil wawancara itu diolah atau dipublikasikan, sebaiknya narasumber mengetahui rekaman atau catatan dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakannya itu. Cara ini dapat menghindari kesalahpahaman di samping memberikan kesempatan kepada narasumber untuk mengoreksi kekeliruan yang mungkin terjadi dari yang telah dikatakannya.
PELAJARI:  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perdagangan Asia - Eropa Sampai Abad 18M

3) Tahapan Penyusunan Hasil Wawancara

  1. Tema atau topik wawancara.
  2. Tujuan atau maksud dari wawancara.
  3. Identitas narasumber.
  4. Ringkasan isi wawancara. Isi wawancara dapat ditulis dalam bentuk dialog atau dalam bentuk narasi.

Menulis Laporan Hasil Wawancara

 

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan informasi. Karena itu, setelah proses wawancara berlangsung, pewawancara harus menuangkan hasilnya ke dalam sebuah laporan. Penuangan hasilnya itu perlu dilakukan dengan segera karena pikiran masih segar dalam mengingat jalannya wawancara.

Menulis laporan merupakan kegiatan terakhir dari proses wawancara. Laporan wawancara dapat disusun dalam bentuk artikel jurnalistik seperti yang terdapat di koran, dapat pula disusun dalam bentuk formal, yang meliputi 3 bagian berikut:

  1. Pendahuluan
    1. Latar belakang pelaksanaan wawancara
    2. Tujuan wawancara
    3. Nama instansi atau narasumber yang diwawancarai
    4. Waktu dan tempat dilaksanakan wawancara
  2. Isi
    1. Informasi tentang berbagai hal sesuai dengan pokok-pokok masalah yang telah direncanakan
    2. Uraian tentang analisis atau hasil wawancara
  3. Penutup
    1. Kesimpulan
    2. Saran
PELAJARI:  Morfologi Protozoa