Surah Al – Asr Berjumlah?

ASTALOG.COM – Dilansir dari wikishia.net, Surah Al-‘Ashr (Bahasa Arab: اَلْعَصْر, Al-‘Ashr, “Masa”) adalah surah ke-103 berdasarkan susunan mushaf dan surah ke-13 sesuai urutan pewahyuan Al-Quran. Surah ini dinamai Al-‘Ashr karena pada awal ayat Allah Swt menyatakan sumpah dengan kata ini.

Dari sisi isi, surah Al-‘Ashr termasuk bagian dari surah Al-Qishar Al-Mufasshalat dan surah-surah yang sangat kecil Al-Quran. Surah ini terdapat pada bagian juz ammah dan surah terakhir dari 23 surah yang dimulai dengan pernyataan sumpah (demi).

 

Surah Al-Asr

وَالْعَصْرِ )
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ )
إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْاوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)

 

1. Demi masa
2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran

PELAJARI:  Dalil Tentang Menghormati

Dari Terjemahan Surah Al-‘Ashr diatas telah dijelaskan bahwa Manusia benar-benar berada dalam kerugian, melainkan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.

Manusia yang seperti apakah yang dikatakan tidak merugi? yakni manusia yang memanfa’atkan 5 perkara sebelum 5 perkara.

Adapun ke-5 perkara tersebut adalah :
1. Sehat sebelum sakit
2. Muda sebelum Tua
3. Kaya sebelum miskin
4. Lapang sebelum sempit
5. Hidup sebelum mati

yang intinya adalah :

Kita dapat memanfa’atkan semuanya sebelum halangan berupa 5 perkara tersebut. karena dengan kesehatan dan usia yang masih muda lebih besar kemungkinan untuk beribadah mahdhoh/pun ghoer mahdhoh yakni berupa ibadah yang langsung kepada Allah (contoh : Ibadah sholat )dan ibadah yang melalui perantara ( contoh : berbuat baik terhadap sesama manusia ) karena fisik yang lebih kuat pula daripada disaat kita sakit/ sudah tua. selanjutnya adalah memanfa’atkan Kekayaan dan waktu lapang kita untuk berbuat kebajikan di muka bumi,,karena dengan waktu luang dan kekayaan lebih besar kemungkinan untuk lebih banyak berbuat kebaikan. misalnya saja memanfa’atkan kekayaan kita untuk banyak bersedekah.

PELAJARI:  Apa yang Dimaksud dengan Tawazun?

Dan yang lebih penting dari segalanya adalah masih diberikannya KEHIDUPAN, kita masih bisa berlomba-lomba dalam mencari kebaikan, karena bila kematian sudah menjemput, Berakhirlah segala-galanya. terputuslah semua amal kita kecuali 3 perkara, yakni Ilmu yang bermanfa’at, shodaqoh jariyah, dan do’a anak yang sholeh.

Dalam suatu riwayat disebutkan:
“Dua nikmat yang sering dilupakan (disia-siakan) oleh manusia, yakni; kesehatan dan waktu.”

Di dalam riwayat lain Nabi bersabda:
“Bagi yang berakal, selama akalnya belum lagi terkalahkan (gila)berkewajiban mengatur waktu-waktunya. Ada waktu yang digunakan untuk bermunajat (berdialog dengan Tuhannya, ada pula untuk berfikir menyangkut penciptaan langit dan bumi (belajar), ada pula untuk melakukan evaluasi (intropeksi) terhadap dirinya, dan ada pula yang di khususkan untuk diri dan keluarganya guna memenuhi kebutuhan makan dan minumnya.”

PELAJARI:  Tulis Dalil Naqli Yang Menerangkan Wajib Puasa

Semua munusia diliputi oleh kerugian yang besar dan beraneka ragam, demikian pula ayat kedua menyebutkan. Kemudian pada ayat ketiga dijelaskan bahwa yang tidak akan merugi adalah orang yang memiliki empat sifat yang dijelaskan pada ayat ketiga, yakni;

1. Orang yang beriman
2. Orang yang beramal shaleh
3. Orang yang saling berwasiat (menasihat) tentang kebenaran; dan
4. Orang yang saling berwasiat (menasihat) tentang kesabaran/ketabahan.