Peradaban yang Berkembang di Lembah Sungai Kuning

ASTALOG.COM Sungai Kuning atau Hwang Ho/Huang He merupakan sungai yang mengalir di wilayah Republik Takyat Tiongkok (RRT) di bagian utara dan menjadi sungai yang penting dalam perkembangan peradaban atau kebudayaan di wilayah Tiongkok bersama dengan Sungai Panjang atau Yangtze di bagian selatan. Sungai Kuning juga menjadi sungai terpanjang ke-2 di Tiongkok setelah Sungai Panjang dengan panjang sekitar 5.464 km.

Berdasarkan catatan sejarah, peradaban di lembah Sungai Kuning merupakan peradaban awal bangsa Tiongkok. Sungai yang membawa lumpur kuning sepanjang alirannya bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah pegunungan Tiongkok Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning.

 

Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Tiongkok berawal. Dalam hal ini, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Tiongkok kuno untuk melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di musim dingin dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai kesulitan dan tantangan tersebut akhirnya mendorong bangsa Tiongkok untuk berpikir dan mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang Sungai Kuning.

PERADABAN YANG BERKEMBANG DI LEMBAH SUNGAI KUNING

 

Berbagai kesulitan yang dialami oleh bangsa Tiongkok yang bermukim di sekitar wilayah Sungai Kuning telah melahirkan sejumlah peradaban yang akhirnya menjadi peradaban masyarakat Tiongkok pada umumnya. Adapun peradaban yang berkembang itu antara lain:

PELAJARI:  3 Jenis Manusia Purba di Indonesia

1. Pertanian

Pada bagian hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Tiongkok yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Tiongkok. Sebagaimana diketahui jika masyarakat Tiongkok pada umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatanini bahkan sudah berlangsung sejak zaman Neolithikum (± 5000 SM), dimana tanaman pangan utamanya adalah padi. Lalu kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat di masa pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM). Pada masa itu, masyarakat Tiongkok telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, serta perluasan lahan gandum.

2. Filsafat

Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat Tiongkok berkembang pesat dengan lahirnya 3 ahli filsafat, yaitu:

  1. Lao Zi: ajarannya disebut Taoisme dengan menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi serta mengajarkan manusia untuk menerima nasib.
  2. Kong Hu Cu: ajarannya juga berdasarkan Taoisme, yang mengajarkan tentang kekuatan yang mengatur alam semesta hingga tercapai keselarasan. Penganut ajaran ini meyakini bahwa bencana yang terjadi di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao.
  3. Meng Zi: merupakan murid Kong Hu Cu yang mengajarkan pengetahuan kepada rakyat jelata dan menurut ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara.
PELAJARI:  Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Lestari

3. Kebudayaan

Masyarakat Tiongkok kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Cina dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas. Ajaran Lao Zi, Kong Hu Cu, dan Meng Zi banyak dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya.

Pada masa pemerintahan Dinasti Tang, hidup 2 orang pujangga terkemuka yang banyak menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu. Selain berupa sastra, kebudayaan yang muncul dan berkembang di lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil, dan istana. Dan yang paling terkenal adalah  Tembok Besar Cina yang dibangun pada masa Dinasti Qin untuk menangkal serangan dari musuh di bagian utara Cina dengan menghubungkan dinding-dinding pertahanan menjadi tembok raksasa sepanjang 7000 km.

PELAJARI:  Jelaskan Bahwa Indonesia Adalah Negara Demokrasi

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada saat itu, masyarakat Tiongkok kuno memiliki banyak ahli astronomi (ilmu perbintangan) yang dapat membantu masyarakat dalam pembuatan sistem penanggalan. Berkembangan ilmu astronomi merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan bangsa Tiongkok karena sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya memerlukan informasi tentang pergantian dan perputaran musim.

Selain itu, perkembangan teknologi masyarakat Tiongkok kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang tambang dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat pertanian. Ditambah lagi, Tiongkok kaya akan barang tambang seperti batu bara, besi, timah, emas, dan tembaga.