Anatomi dan Patofisiologi Penyakit Hernia

Pada pembahasan sebelumnya telah kita ulas tentang insiden dan epidemiologi hernia, serta etiologi dari penyakit hernia. Kali ini kita akan membahas seputar anatomi dan patofisiologi hernia.

Anatomi Hernia

Dinding cranial cavum abdominal di bentuk oleh diafragma thoracalis yang memisahkan cavum thoracis dari pada cavum abdominalis. Bentuk diagfragma thoracis melengkung ke atas membentuk cupula; cupula diafragmatika sisistra terletak setinggi intercosta ke-5 dan cupula diafragma dextra terletak setinggi costa ke-5.

 

Diafragma thoricica terdiri dari (1) pars muscularis, terletak di bagian luar dan (2) pars tendineus  yang terletak di bagian tengah. Pars muscularis di bagi atas tiga yaitu (1) pars sternalis, (2) pars costalis, (3) pars lumbalis, dan ketiga bagian ini terletak pada centrum tendineum.

Pars sternalis  melekat pada permukaan dorsal processus xiphoideus. Pada setiap sisi terdapat sebuah lubang berbentuk segitiga, di sebut trigonum sternococtalis yang di bentuk pars sternalis dan pars costalis. Lubang ini di lewati oleh vasa epigastrica superior dan pembuluh lymphe. Pada lobang ini terjadi hernia diafragmatika.

PELAJARI:  Apa Itu Kanker Serviks?
 

Pars costalis melekat pada facies interna costa 7-12 dan mengadakan insertion pada bagian antero-lateral centrum tendineum.

Pars lumbalis atau pars vertebralis mengadakan perlekatan pada vertebra lumbalis.Menurut perlekatan pars lumbalis di bagi menjadi 3 bagian yaitu : 1) Crus mediale, melekat pada daratan ventral corpus vertebrae L3-2. 2) Crus intermedius, melekat pada daratan ventral corpus vertebrae L2-1. 3) Crus Lateral, melekat pada arcus lumbocostalus medialis et lateralis.

Patofisiologi Hernia

Hernia diafragmatik dapat terjadi karena abnormalitas kongenital dan traumatik . Berdasarkan lokasi abnormalitasnya, hernia diafragmatik kongenital dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Hernia Morgagni dan Hernia Bochdalek.

Pada Hernia Morgagni defek terjadi pada bagian retrosternal yaitu di dekat xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari diafragma. Umumnya baru menimbulkan   gejala pada usia dewasa.

PELAJARI:  Inilah Akibat Tubuh Tidak Berkeringat

Kemudian pada Hernia Bochdalek defek terjadi pada bagian dorsal atau di bagian posterior dari diafragma. Hernia Bochdalek umumnya langsung menunjukkan gejala pada saat bayi. Pada kasus Hernia Bochdalek, bayi akan tampak kebiruan dan perut kembung.

Hernia hiatus yaitu sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia hiatus yang sangat berbeda, bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk (sliding) dengan perbatasan lambung-esofagus yang bergeser dalam rongga thoraks, terutama penderita dalam keadaan posisi berbaring.

Kompentensi sfingter esofagus bagian bawah dapat rusak dan menyebabkan terjadinya esofangitis refluks. Kelainan ini sering bersifat asimtomatik dan di temukan secara kebetulan sewaktu pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya berbagai gangguan epigastrium, atau pemeriksaan rutin pada radiografi saluran gastrointestinal.

Pada hernia hiatus paraesofageal (rolling hernia), bagian fundus lambung menggulung melewati hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap berada di bawah diafragma. Tidak dijumpai adanya insufisiensi mekanisme sfingter esofagus bagian bawah, dan akibatnya tidak terjadi asofangitis refluks. Penyulit pertama hernia para-esofageal adalah stranggulasi. 

PELAJARI:  Apa Yang Dimaksud Penyakit Leukimia?

Hernia yang ketiga adalah kombinasi sliding yang merupakan bentuk campuran dari rolling dan sliding. Pada hiatal hernia terjadi berhentinya pertumbuhan otot diafragma, esophageal hiatus membesar dan meningkatnya tekanan intra abdomen.

Pada hernia diafragmatika traumatika, mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling seering adalah akibat kecelakaan sepeda motor.

Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan tekanan intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam. Sekitar 0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada diafragma.