Penggolongan Hewan Berdasarkan Suhunya

ASTALOG.COM – Sebelumnya telah dibahas mengenai penggolongan hewan secara umum yang digolongkan berdasarkan beberapa kriteria tertentu seperti: berdasarkan tempat hidupnya, makanannya, penutup tubuhnya, cara bergeraknya, serta cara perkembangbiakannya. Ternyata selain kriteria-kriteria tersebut, hewan juga dapat digolongkan berdasarkan suhunya, yaitu suhu tubuhnya. Untuk kriteria ini, dapat dibagi ke dalam 2 golongan, yaitu hewan berdarah panas (Homoiterm) dan hewan berdarah dingin (Poikiloterm). Bagaimanakah hewan-hewan yang termasuk dalam kategori ini? Berikut pembahasannya:

1) Hewan Berdarah Panas (Homoiterm)

 

Hewan berdarah panas memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

  • Suhu tubuhnya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.
  • Dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.
  • Mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi, serta faktor jenuh pencernaan air.
  • Mampu menjaga suhu tubuhnya, dimana pada suhu-suhu tertentu yang konstan, biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
  • Sebagian panas di tubuhnya dapat hilang melalui proses radiasi, dan berkeringat merupakan cara hewan berdarah panas untuk menyejukkan badan dengan melalui proses evaporasi yang berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan.
PELAJARI:  Sistem Pembayaran yang Diberlakukan oleh Bank Indonesia

Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia.

 

2) Hewan Berdarah Dingin (Poikiloterm)

Hewan berdarah dingin merupakan hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya Dalam hal ini, suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan, dimana suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Suhu yang tinggi menjelaskan mengapa banyak organisme berdarah dingin seperti ikan, ampibi, crustacea, dan kadal dapat hidup lebih lama di daerah bergaris lintang besar daripada bergaris lintang kecil.

Hal ini semakin diperkuat dengan adanya penelitian yang diterbitkan dalam “Proceedings of the National Academy of sciences (PNAS) online“, dan dikemukakan oleh Dr. Stephan Munch dan Santiago Salinas, keduanya dari Universitas Stony Brook School of Atmospheric, dimana ditemukan bahwa bermacam-macam jarak suhu dari spesies untuk mengubah temperatur tubuhnya dengan temperatur lingkungannya, dan temperatur lingkungan merupakan faktor dominan yang dapat mengendalikan geografis variasi dalam jangka hidup spesies.

PELAJARI:  Teori Asal Usul Kehidupan

Hubungan antara suhu dan jangka hidup dari penelitian yang dilakukan Munch dan Salinas ini ditemukan melalui analisis data dengan cara yang serupa dengan hubungan yang memprediksi teori metabolis ekologi (MTE). Teori ini merupakan kerangka pemodelan yang telah digunakan untuk menjelaskan cara pada sejarah kehidupan, dinamika populasi, pola geografis, dan proses ekologi skala hewan dengan ukuran tubuh dan suhu.

Jangka hidup dari sekitar 87% hewan yang hidup bebas dan spesies yang diteliti oleh Munch dan Salinas menunjukkan angka yang bervariasi sebagai prediksi MTE. Namun setelah mengeluarkan efek suhu, masih terdapat banyak variasi di dalam jangka hidup spesies ini, sehingga menunjukkan bahwa faktor lokal masih memainkan peran dalam menentukan jangka hidup dari hewan berdarah dingin tersebut.