Gubernur Jenderal Pertama Belanda di Indonesia

ASTALOG.COM – Masuknya Belanda di Indonesia, sudah pasti membuat banyak perubahan besar. Selain dalam sistem pemerintahan, perubahan juga terjadi dalam bentuk kepemimpinan. Saat berhasil memasuki Indonesia, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) dengan tujuan untuk menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda, menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia dan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol. Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia, diangkatlah Gubernur Jendera VOC pertama yaitu Pieter Both.

Pieter Both
Pieter Both lahir di skeitar wilayah Amersfoort, sebuah kota di Belanda. Saat muda, ia dikenal pandai berdagang. Ia sering keluar masuk wilayah sekitar Mediterania untuk berdagang dan menguasai bahasa Italia. Setelah dilantik sebagai perwira laut pada 1599, ia mengawali tugasnya pada Desember 1599 sebagai komandan perjalanan dari Amsterdam menuju Cina menggunakan empat kapal dari perusahaan Brabantsche. Perjalanan ini masih menjadi misteri. Tidak diketahui mengapa mereka berangkat menuju Cina dan entah mengapa mereka berubah haluan dan menuju Banten.

PELAJARI:  Struktur Teks Ulasan dan Contohnya
 

Selama berada di Banten, Both tergabung dengan rombongan Belanda yang bersama-sama membeli lada. Ia kembali ke Belanda dan menikahi Sophia DuVerden. Mereka memiliki dua orang anak. Berikutnya, Both melanjutkan pengabdiannya sebagai perwakilan dari perusahaan dagang Belanda bernama VOC.

Menjabat Sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Both kemudian diberi jabatan sebagai Gubernur Jenderal wilayah Hindia Belanda (ada juga yang menyatakan sebagai Gubernur Jenderal VOC) pada 1609 agar dapat memperbaiki dan mengatur perdagangan di wilayah tersebut. Pada Januari 1610, diikuti delapan armada kapal yang tiba 10 bulan kemudian, Both menuju Banten dan mengumumkan gencatan senjata selama 12 tahun. Saat menjabat Gubernur Jenderal, Both berpikir harus menemukan lokasi yang cocok sebagai pusat administrasi tempat bertemunya armada kapal Belanda. Ia juga mesti menyelesaikan masalah korupsi dan membangun benteng pertahanan untuk menjamin keamanan pemerintahan setempat.

 

Pada awalnya, Both mengurusi monopoli perdagangan di Maluku. Ia kemudian memindahkan pusat administrasi perdagangan wilayah Hindia Belanda ke Jawa Barat (meski pusat administrasi berlokasi di Jakarta) karena Maluku masih kesulitan untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduknya dan para pegawai VOC.

PELAJARI:  Ciri-Ciri Khusus Tumbuhan yang Hidup di Lingkungan Kering

Jawa merupakan lokasi yang strategis bagi Both untuk memperluas pengaruh Belanda. Ia menandatangani perjanjian kerjasama dengan raja di wilayah Jayakarta untuk mengurus perdagangan beras dan penyelesaian masalah antar kedua belah pihak. Seiring dengan perjanjian tersebut, Both membangun kota Batavia. Ia juga melanjutkan penyelesaian perjanjian kerjasama bersama Raja Ternate, dan kerajaan kecil disekitarnya. Kerjasama tersebut membuat Both, bersama raja setempat, berhasil mengusir pendatang Portugis dan mengusir Spanyol dari Tidore.

Masa jabatan Both berakhir pada 6 November 1614 dan diserahkan kepada Gerart Reynst. Setelah menyampaikan pidato di kota Banten, ia berangkat pada 27 Desember 1614 membawa empat armada kapal. Saat malam 5 Maret 1615, ketika melewati perairan Mauritius, Both yang memimpin empat kapal lainnya menghadapi badai ganas dan terombang-ambing karena membawa beban yang sangat berat. Hanya satu kapal yang selamat dari bencana dan Both tewas tenggelam bersama kru lainnya.

PELAJARI:  Tahap Respirasi Aerob

Peninggalan Pieter Both
Nama Pieter Both diabadikan sebagai nama untuk gunung tertinggi kedua di Mauritius dengan tinggi 820 meter. Gunung ini memiliki ciri khas formasi batuan raksasa pada puncaknya dengan wujud menyerupai kepala manusia. Menurut PNRI, Pieter Both juga merupakan orang pertama yang memindahkan basis administrasi dan perdagangan Belanda dari Banten menuju Jayakarta. Saat itu, wilayah Banten juga menjadi kantor pusat perdagangan pasukan Eropa lainnya seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris. Pemindahan basis administrasi ini ditandai dengan izin pendirian satu rumah kayu di Jayakarta pada 1611.

Selama Belanda berkuasa di Indonesia, terjadi perubahan gubernur sebanya 67 kali. Akhirnya pada tanggal 1 maret 1942 tentara jepang menduduki kepulauan indonesia.Indonesia dalam kekuasaan jepang mulai maret hingga tanggal 15 agustus 1945.akhirnya jepang menyerah pada negara amerika serikat dan sekutunya.tanggal 17 agustus 1945 republik indonesia memproklamasikan kemerdekaan dengan presiden sukarno menjadi presiden yang pertama.