Ciri-ciri Interaksi Disosiatif

ASTALOG.COM – Dalam menjalani kehidupannya, manusia sebagai makhluk sosial melakukan proses interaksi agar dapat menjalani hari-harinya dengan baik. Salah satu dari proses interaksi yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi disosiatif. Interaksi disosiatif merupakan proses interaksi sosial yang menjurus pada adanya konflik atau masalah yang justru menimbulkan kerenggangan dalam berinteraksi. Proses interaksi ini juga sering disebut sebagai proses oposisi. Proses oposisi ini berarti mengharuskan seseorang untuk melawan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu.

CIRI-CIRI INTERAKSI DISOSIATIF

 

1. Adanya Persaingan atau Kompetisi (Competition)

Persaingan merupakan proses sosial pada saat terdapat kedua belah pihak yang saling berlomba untuk melakukan sesuatu guna mencapai kemenangan tertentu. Persaingan ini terjadi jika ada beberapa pihak yang menginginkan sesuatu dengan jumlah terbatas. Ada pula persaingan yang terjadi secara tidak sehat yang menjurus pada terjadinya kekerasan maupun permusuhan. Beberapa contoh persaingan yang sering terjadi dalam kehidupan antara lain:

  • Persaingan dalam bidang ekonomi, misalnya persaingan antara produsen barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas.
  • Persaingan dalam suatu kedudukan, misalnya persaingan untuk menduduki jabatan strategis.
  • Persaingan dalam hal kebudayaan, misalnya persaingan dalam penyebaran ideologi, pendidikan, dan unsur kebudayaan yang lain.
PELAJARI:  Mekanisme Penularan Influenza
 

2. Adanya Kontraversi

Kontraversi merupakan sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak terjadi perselisihan atau konflik secara terbuka. Kontraversi juga merupakan proses sosial dengan adanya keraguan, ketidakpastian, penolakan, maupun penyangkalan dengan tidak mengungkapkannya secara langsung atau bersikap tidak terbuka. Penyebabnya biasanya karena adanya perbedaan pendirian pada suatu kalangan tertentu. Beberapa contoh kontraversi yang sering terjadi dalam kehidupan antara lain:

  • Kontraversi umum, misalnya penolakan, keengganan, protes, perlawanan, gangguan, dan mengancam pihak lawan.
  • Kontraversi sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang di depan umum.
  • Kontraversi intensif, misalnya penghasutan dan penyebaran desas-desus.
  • Kontraversi rahasia, misalnya membocorkan rahasia atau berkhianat.
  • Kontraversi taktis, misalnya mengejutkan kelompok lawan provokasi dan intimidasi.

3. Adanya Pertikaian

Pertikaian merupakan suatu proses sosial dan kelanjutan dari kontraversi. Di dalam pertikaian ini, perselisihan yang ada bersifat terbuka. Pertikaian juga dapat terjadi dengan adanya perbedaan yang semakin tajam antar kalangan tertentu dalam masyarakat. Pada kondisi perbedaan yang semakin jauh ini menyebabkan adanya rasa amarah dan benci sehingga timbul dorongan untuk saling melukai atau menyerang. Contoh: pertikaian antar anak sekolah yang berbeda sekolah karena masalah sepele yang akhirnya membesar dan menyulut pertikaian.

PELAJARI:  Apa yang Dimaksud dengan Drama?

4. Adanya Pertentangan atau Konflik

Pertentangan atau konflik merupakan suatu perjuangan individu maupun kelompok sosial guna memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lain. Konflik ini biasa terjadi dengan adanya ancaman atau kekerasan. Konflik juga dapat terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan baik itu kepentingan individu maupun kelompok, dan juga karena terjadinya perubahan-perubahan sosial yang sangat cepat sehingga menimbulkan disorganisasi sosial.

Pertentangan ini memiliki bentuk-bentuk khusus, misalnya saja pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antarkelas sosial, pertentangan politik, dan juga pertentangan yang bersifat internasional. Salah satu pertentangan yang sering kita saksikan adalah pertentangan politik yang terjadi antar golongan masyarakat maupun negara-negara berdaulat. Contoh: pertentangan antar partai politik menjelang pelaksanaan pemilihan umum (pemilu).